Rabu, 23 Mei 2018

Republik digital @matanajwa

Republik Digital
Saban akan atau bangun tidur, ponsel sesuatu yang tak bisa lepas untuk dicari. Kebutuhan pekerjaan, komunikasi, membuat status baru untuk eksis di media sosial, belanja sampai cari pasangan semua berada dalam genggaman.
Sebuah situs internasional allaccess.com merilis dalam 60 detik tiap hari rata-rata manusia di seluruh dunia bisa membuat puluhan jutaan pesan melalui ponsel.
Mulai membuat unggahan hingga 480 ribu status twitter, 174 ribu untuk menggeser gambar di Instagram, mengirim 38 juta pesan whatsapp, 18 juta pesan SMS terkirim, 973 ribu login ke Facebook, 4,3 juta menonton video di YouTube hingga 3,7 juta melakukan pencarian di google dan 3,7 juta mengirim email, serta 1,1 juta pesan mencari pasangan di Tinder.
Itulah yang terjadi di dunia digital hanya dalam waktu 60 detik. Sesuatu yang akan menarik kalau bisa dimanfaatkan dengan kreatif. Jadi apa yang bisa kamu lakukan di tengah era digital saat ini?


Cara Bisnis Anak Presiden
Gibran Rakabuming Raka, Pengusaha Muda sekaligus putra sulung Presiden Joko Widodo menekuni bisnis kuliner. Mulai dari katering dengan Chilli Pari, hingga martabak dengan brand Markobar.
Bersama adiknya, Kaesang Pangerap, Gibran meluncurkan aplikasi kuliner bernama Madhang.id. Konsepnya menawarkan makanan rumahan dengan koki ibu-ibu rumah tangga.
Selain itu, ia juga ikut bermain dalam bisnis permainan papan (Board Game). Isinya, mainan yang mengangkat budaya asli Indonesia.
Gibran mengaku mengenal internet sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. “Kalau sosial media dari munculnya Friendster,” kata Gibran.
Kreativitasnya untuk memanfaatkan internet tidak sampai situ. Ia juga pernah membuat kaos bergambar Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti dengan tulisan ‘Tenggelamkan’. Kaos ini kemudian ia dagangkan.
“Saya nge-fans banget sama Bu Susi, jadi bikin kaosnya atas seizin Bu Susi juga,” kata Gibran.
Hal ini mendapat respon langsung dari Susi Pudjiastuti. “Bangga juga, apalagi putra pak presiden. Yang tidak menghargai penenggelaman kapal, saya tenggelamkan. Penenggelaman di sini patriotik untuk negara. Kalau anak muda punya semangat patriotisme untuk negara, bagus,” katanya di tempat terpisah.


 Bisnis digital anak presiden

Gibran Rakabuming Raka, Putra Sulung Presiden Jokowi mengaku tak sekadar memanfaatkan media sosial untuk memasarkan bisnisnya. Ia mulai menekuni kuliner berbasis aplikasi bernama Madhang.id. “Untuk Madhang, ini usaha pertama saya yang bergerak di bidang IT. Tapi masih belajar juga,” katanya
Madhang adalah aplikasi berbasis android ruang bisnis bagi ibu-ibu rumah tangga untuk bisa menjual makanan yang dimasak di rumah ke masyarakat luas.
Selain itu, Gibran juga sedang menggarap aplikasi lain bernama Kerjaholic. “Itu belum di-launching. Tapi intinya, aplikasi ini menghubungkan yang mencari kerja dan yang membutuhkan pekerjaan,” katanya.
Sementara itu, bisnis Markobar-nya akan go internasional. “Lagi mengurus izin usaha di Manila. Orang sana senang yang manis-manis,” katanya. Markobar sendiri sudah memiliki 35 cabang di Indonesia.
Gibran juga merasa tersaingi dengan peniruan ide-ide dalam berbisnis yang terkait dengan digital. “Itu biasa, bisnis seperti itu. Merasa tersaingi, tapi memotivasi juga,” katanya.


Gojek ditangan Nadiem Makarim
 Perusahaan GoJek bisa dibilang sebagai perusahaan aplikasi transportasi yang cukup berkembang pesat di Indonesia. Awal dibuat pada 2010 silam, perusahaan ini hanya terdiri dari 10 karyawan dan 20 pengemudi sepeda motor.
Tapi hari ini, perusahaan berbasis aplikasi ini sudah tersebar di 100 kota-kota besar di Indonesia dengan jumlah pengemudi sepeda motor dan mobil sebanyak 1 juta orang.
“Di Papua saja yang belum. Mungkin sebentar lagi,” kata Nadiem Makarim, Pendiri GoJek.
Saat ini orang yang mengunduh aplikasi GoJek sudah mencapai 10 juta orang. Fitur di GoJek juga terus bertambah.
“Sama sekali tidak membayangkan akan sebesar ini. Respon masyarakat dari layanan ini juga tidak nyangka. Dan sebentar lagi GoJek juga akan keluar dari Indonesia,” lanjut Nadiem.
Nadiem pun membongkar rahasia perusahaannya. Menurutnya, meskipun telah memberikan sumbangan Rp 8,2 triliun/tahun untuk perekonomian di Indonesia dan memiliki 1 juta partner, perusahaannya selalu merasa kecil. “Karena kita harus gesit. Nggak bisa punya mindset seperti perusahaan besar,” katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan, dengan merasa seperti perusahaan kecil, akan lebih rileks menghadapi persoalan bisnis seperti kompetisi. “Yang penting punya sensitifitas terhadap kompetisi dan selalu berinovasi. Tak boleh lengah,” kata Nadiem.


Kolaborasi Kunci Keberhasilan Gojek 
Pendiri GoJek, Nadiem Makarim bercerita tentang kesuksesan perusahaannya. Menurutnya era digital menuntut orang atau lembaga untuk berkolaborasi.  “Pemikiran dia itu harus kolaboratif,” katanya.
Hal yang diperlukan untuk membesarkan perusahaannya bukan berasal dari kesuksesan individu melainkan kesuksesan tim. “Yang keluar dari GoJek itu karena nggak bisa kolaborasi,” kata Nadiem.
Membesarkan GoJek bukan tanpa tantangan. Belum lama ini pengemudi GoJek melakukan aksi demonstrasi menuntut tarif yang layak dan manusiawi.
Kata Nadiem, persoalan ini bukan hal baru yang dia hadapi. Persoalan ini rumit, karena harus mencari titik keseimbangan antara kepentingan pengemudi dan konsumen. “Itu sulit kita capai keseimbangan,” lanjutnya.
Kunci untuk menangani hal itu adalah komunikasi. Nadiem biasa menggunakan aplikasi GoJek untuk keperluan transportasi sehari-hari. “Banyak yang curhat, mulai dari susah dapat orderan sampai susah dapat bonus,” katanya.
Tapi tak semua curhatan dari pengemudi bernada negatif. “Ada juga driver yang bilang, Alhamdulillah karena jadi driver sekarang anak saya bisa masuk kuliah, masuk S1,” kata Nadiem.
Kesempatan menggunakan GoJek dalam kehidupan sehari-hari ini dimanfaatkan untuk menjaring aspirasi. “Jadi saya suka banget berinteraksi dengan mereka, karena satu cara untuk bisa mengetahui apa yang terjadi di lapangan,” tambah Nadiem.


Dunia Digital di mata cagub jateng
Dua calon gubernur Jawa Tengah yang tengah bersaing dalam pemilihan kepala daerah, Ganjar Pranowo dan Sudirman Said mengaku memanfaatkan media sosial untuk mengeruk simpati dari masyarakat. Media sosial menjadi ruang untuk memikat dan pembentukan citra bagi calon kepala daerah.
Menurut Ganjar Pranowo, media sosial bisa digunakan untuk ruang partisipasi masyarakat terhadap pembangunan daerah. Hal ini bisa diterapkan melalui laporan-laporan dari masyarakat langsung ke kepala daerahnya. “Ada yang lapor jalan bolong. Ada yang lapor ada pungli. Ada yang lapor antrean rumah sakit panjang. Sebenarnya itu satu partisipasi. Yang kedua mereka mau aktif melaporkan dan kita merespon. Kalau kita mikirnya positif, itu barang (media sosial) bagus,” katanya.
Sementara itu, Sudirman Said menilai media sosial lebih banyak manfaatnya dibandingkan dengan keburukannya. Kebaikan itu akan terekam dengan baik. “Kita tak bisa menghapus jejak digital karena itu kita gunakan untuk sesuatu yang memberi manfaat, ini juga bisa kita kerjakan di Jawa Tengah dan Republik,” katanya.

Jumat, 18 Mei 2018

MELAWAN TERORISME @matanajwa

Daniel, Anak 15 tahun Halangi Bom Mobil Gereja Surabaya

 daniel ,anak 15 tahun halangi bom mobil gereja surabaya
Daniel Agung Putra Kusuma. Remaja yang masih duduk di kursi SMP itu merupakan korban teror bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Pusat, Jalan Arjuna, Surabaya.
Dalam peristiwa yang terjadi Minggu 13 Mei 2018, Daniel sempat menghalau mobil yang membawa bom masuk ke dalam gereja. Ia disebut-sebut sebagai pahlawan cilik.
Budi, ayah Daniel sempat kebingungan saat mengetahui bom ledakan di Gereja Pantekosta Pusat.
"Kami nyari-nyari setelah bom itu. Akhirnya, membawa buku sama KK, jadi saya menuju ke sana. Ada yang korban cocok dengan DNA saya. Saya di sana sampai malam," kata Budi, Ayah Daniel saat dikunjungi di rumahnya.
Berdasarkan cerita saksi, menurut Budi, Daniel berusaha menghalangi mobil. "Jadi dia (Daniel-red) yang menghalang-halangi mobil itu," tambah Budi.
Daniel juga dikenal sebagai anak yang senang bergaul. "Dia bisa bergaul sama siapa saja," ungkap Sumijah, Nenek Daniel.
Tapi kini, Sumijah tak bisa lagi melihat keceriaan cucunya itu. "Daniel jadi pahlawan, menyelamatkan jiwa banyak orang. Kita harus bersyukur. Tuhan selalu baik," tambah Nenek Daniel.
Dalam peristiwa ini, selain Daniel setidaknya 7 orang tewas termasuk pelaku bom bunuh diri, Dita Oepriarto. Kalau saja Daniel tak berusaha menghalau kendaraan bom bunuh diri, korban jiwa mungkin akan lebih banyak.
Rentetan teror tak hanya di Surabaya, hingga Rabu 16 Mei 2018, serangan dan penangkapan terduga teroris terus terjadi. Terakhir serangan Mapolda Riau. Satu polisi tewas dalam serangan ini dan 4 pelaku penyerangan tewas.



KESAKSIAN POLISI YANG MENGHADANG BOM POLRESTABES
Serangan di Jawa Timur tak hanya di 3 gereja (Santa Maria Ngagel, GKI Diponegoro, Pantekosta Pusat). Baru saja menjejakkan kaki di Surabaya, Mata Najwa langsung dihadapkan dengan aksi serangan bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya.
Saat itu juga Mata Najwa langsung menuju lokasi juga mewawancarai polisi yang berupaya menghentikan para pelaku bom yang dilakukan 1 keluarga.
"Pendengaran, masih tidak enak," kata Ahmad Muaffan saat ditemui di rumah sakit. Muaffan adalah polisi yang menghentikan sepeda motor yang membawa bom di Polrestabes Surabaya.
Muaffan menceritakan sepeda motor meledak sesaat dihentikan.
Dalam peristiwa ini 4 pelaku bom bunuh diri tewas di tempat. Seorang anak yang menjadi korban ideologi orangtuanya selamat dan masih dirawat di rumah sakit. Kejadian di Senin pagi ini juga membuat 4 polisi luka.
Hadir di meja Mata Najwa, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menjelaskan jaringan teror JAD yang bergerak dalam aksi teror ini.



MENELUSURI RUSUNAWA TEMPAT MERAKIT BOM
Malam sebelum bom di Polrestabes Surabaya, terjadi ledakan di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Ledakan ini diduga berasal dari bom yang sedang dirakit. Polisi juga melumpuhkan terduga teroris, keluarga penghuni Rusunawa karena saat ditemukan masih memegang pemantik bom. Mata Najwa menelusuri Rusunawa ini.
Rumah yang dihuni keluarga Anton Ferdiantono ini berantakan. Ledakan juga menghancurkan plafon rumah dan menyisakan bau mesiu.
Polisi juga sempat menunjukkan bahan-bahan peledak yang diambil dari lokasi kejadian. Bahan peledak ini berupa bubuk belerang dan sejumlah pipa dan kabel.
"Terduga masih hidup. Napas tersenggal saat kita masuk," kata AKP Samirin sambil mengingat kejadian ledakan di Rusunawa Wonocolo, Senin 14 Mei 2018.
Saat itu polisi tidak melihat isteri dan anak dari pelaku. "Itu tidak kelihatan," lanjut Samirin
Keberadaan orang-orang di dalam ruangan justru didapat dari informasi salah satu anak yang selamat. "Kita tahu di dalam itu dari anaknya. Ada bapak, ibu dan kakak," lanjut Samirin.
Sementara itu sekuriti Rusunawa, Nurbani mengatakan pelaku peracik bom dikenal tertutup dengan tetangga. "Orangnya pendiam dan jarang bergaul dan bertegur sapa dengan penghuni lainnya," katanya.
Kepolisian melaporkan, ledakan di Rusunawa ini menewaskan pelaku peracik bom Anton Ferdiantono tewas. Selain itu, isteri pelaku Puspita Sari dan 1 anak tewas dalam peristiwa ini. Sementara itu, 3 anak lainnya selamat.
Menurut Kapolri Tito Karnavian, bom yang ada di Rusunawa ini merupakan jenis bom yang biasa dipakai kelompok teroris ISIS. "Mereka sekarang gunakan TATT yang dapat didapatkan di mana pun, tapi daya bakarnya high explosive," katanya.



ISTRI DAN ANAK IKUT JADI PELAKU BOM
Dari rangkaian teror di Surabaya, sorotan utama tertuju pada terduga teroris keluarga Dita Oeprianto. Polisi menyatakan Dita adalah Ketua Jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Jawa Timur. JAD merupakan organisasi yang terafiliasi dengan ISIS.
Pengusaha minyak dan herbal ini menjadi otak bom 3 gereja di Minggu pagi, 13 Mei 2018. Ia melibatkan istri dan keempat anaknya, termasuk yang masih di bawah umur menjadi "pengantin" pelaku bom bunuh diri. Mata Najwa mendatangi rumah keluarga Dita di kawasan Wonorejo, yang dikenal sebagai kawasan elit di Surabaya.
Menurut tetangganya, Ani Gunawan, anak-anak dari Dita ramah. Sering tersenyum kepada tetangga. "Tapi memang akhir-akhir ini jarang keluar," kata Ani yang rumahnya bersebelahan dengan Dita.
Senada diutarakan Yuki Gunawan, Ketua RT setempat. "Seperti warga yang lain. Dia (Dita) sering sholat berjamaah," katanya.
Yuki melanjutkan, "Bahkan anaknya yang perempuan dua orang itu sering jogging, lari-lari dan sepedaan di sekitar sini, dengan warga dia enggak introvert, terbuka sekali.”
Menurut Kapolri, Tito Karnavian, serangan satu keluarga ini sudah dilakukan di beberapa negara lainnya.
Tapi dia mencatat untuk tidak mengaitkan tindakan teroris dengan Islam. "Jangan kaitkan dengan agama apa pun. Islam bukan teroris, teroris bukan Islam," kata Kapolri, Tito Karnavian.


TARIK ULUR RUU ANTITERORISME DI TENGAH SERANGAN BOM
Saat ini, RUU Antiterorisme masih dibahas di DPR. RUU ini dianggap lambat disahkan, karena sudah diajukan sejak 2016 lalu.
Menurut Mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyaad Mbai, regulasi ini sudah sangat mendesak untuk disahkan, terutama tentang pelibatan TNI di dalamnya.
"Anak TNI sering mengeluh pada kita, senior. Mereka seperti melihat ikan-ikan di akuarium tapi tak bisa ditangkap," kata Ansyaad.
Selain itu regulasi tentang penanggulangan terorisme saat ini masih berkutat pada upaya penindakan. "UU yang lama lebih banyak reaktif. Ini kita bisa lihat ada pergeseran tarik-menarik antara institusi," lanjut Ansyaad.
"Polisi itu sudah tahu jaringannya. Tapi mereka tidak bisa memproses karena tidak ada payung hukumnya," tambah Ansyaad.
Menurut Anggota Pansus RUU Antiteroris, Nasir Djamil dalam masa sidang sebelumnya, pemerintah dan DPR sudah sepakat untuk memperpanjang pansus RUU Terorisme. "UU ini diharap lebih pro aktif dan preventif," katanya.


PRESIDEN ULTIMATUM PEMBAHASAN RUU ANTITERORISME
Presiden bereaksi keras di tengah rentetan serangan teroris di tanah air. Ia mengultimatum akan mengeluarkan Peraturan Pengganti Undang Undang (Perppu) tentang Penanggulangan Terorisme jika RUU Antiterorisme tak juga disahkan oleh DPR.
Saat ini, pembahasan RUU Antiterorisme mandek terkait persoalan definisi terorisme. Pemerintah mengusulkan definisi terorisme adalah segala perbuatan yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, menimbulkan korban yang bersifat massal atau mengakibatkan kerusakan serta kehancuran terhadap obyek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas public atau fasilitas internasional.
Di sisi lain, sejumlah fraksi di DPR meminta definisi itu ditambahkan dengan frasa “tujuan atau motif politik, ideologi dan tindakan mengancam keamanan negara.”
Menurut catatan Direktur Eksekutif Lokataru, Haris Azhar persoalan RUU bukan hanya pada persoalan definisi, secara substansi perlu diuji kembali. "Keseimbangan bisa diuji di level pelaksanaan. Memang ada masalah penangkapan dan masa penahanan," katanya.
Lebih lanjut, ia meminta RUU Antiterorisme ini tetap ramah terhadap Hak Asasi Manusia. "Dalam rangka memastikan HAM ke depan, negara harus kuat," katanya.

Kamis, 03 Mei 2018

BARA JELANG 2019 @matanajwa

PART 1.KESAKSIAN KORBAN INTIMIDASI CFD
           Memasuki tahun politik, beragam taktik mulai diterapkan untuk menjaring simpati publik dan menggalang dukungan bagi masing-masing kandidat pemimpin yang diandalkan. Beragam opini dijejalkan ke masyarakat bahkan tak jarang memicu gesekan antar lapisan.
Bagaimana para politisi yang memang memiliki kepentingan memandang gesekan yang terjadi di masyarakat akibat perbedaan pendapat? Bagaimana seharusnya masyarakat bersikap atas riuhnya perang opini antar politisi?
Insiden kaos berlogo #2019Gantipresiden VS #DiaSibukKerja di acara Car Free Day (CFD) pada 29 April 2018 membetot perhatian publik. Peristiwa ini mengusik akal sehat.
Korban-korban intimidasi CFD, Susi Ferawati menceritakan, awalnya dia ketinggalan barisan dari pembagian kaos berlogo #DiaSibukKerja. Ia tak menyangka kejadian tersebut begitu cepat.
“Kita ketinggalan barisan. Saat itu belum ada kerumunan. Ada pergerakan dari Sudirman ke Bundaran HI. Dan foto-foto, ada ibu-ibu mulai datang. Dan mereka colek saya, mereka bilang, ‘kaosnya dikasih,” kata Fera.
Fera melanjutkan, makian makin keras karena orang-orang makin berkumpul.
“Dasar babu, kerja mlulu,” katanya. Makian tersebut ditujukan kepada Fera yang menggunakan kaos berlogo #DiaSibukKerja.
“Saya digiring dari kalangan mereka juga. Terus ke jalan Thamrin. Di situ saya dijemput suami teman saya,” katanya.
Korban intimidasi CFD lainnya, Siti Tarumaselej juga bercerita sempat diolok-olok kelompok yang beda kubu aspirasi politik. “Saya juga diolok-olok. Dikepret-kepret uang di muka saya,” katanya.
Sampai akhirnya ia bisa lolos dari situasi tegang tersebut.



PART 2. CAR FREE DAY : WAJAR ATAU BERLEBIHAN?
           Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah angkat bicara soal insiden CFD. Menurutnya, masyarakat demokrasi adalah yang aktif dan dinamis dengan perbedaannya. Sehingga apa yang terjadi di CFD merupakan sesuatu yang apa adanya. “Jangan sampai kalau ada masalah dia meledak,” katanya.
Dia melanjutkan insiden CFD sudah keliru. Sebab tak bisa membiarkan dua kelompok yang berbeda aspirasi politik dalam satu lokasi. “Kalau salah pakai baju sepak bola saja bisa babak belur,” katanya.
Guru Besar UII, Mahfud MD, Mahfud MD menilai tindakan tersebut tidak bermoral. Perlu ada penegakan hukum.
Sementara, Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya menilai ini merupakan kesalahan dari Pemerintah DKI Jakarta. Sebab dalam aturannya, CFD harus bebas dari aktivitas politik. “Tidak ada kehadiran negara, di sini yang bertanggung jawab ya pemprov,” katanya.
"Apalagi ada kehadiran anggota DPRD DKI Jakarta di lokasi CFD saat itu," tegas Yunarto.
Apakah kelompok berkaos #2019Gantipresiden merupakan kubu dari Prabowo Subianto?
Politikus Gerindra, Riza Patria membantah. Dia mengklaim relawan Prabowo taat terhadap aturan. “Relawan kami tertib, bersih, disiplin."



PART 3. PERANG TAGAR BERUJUNG KONFLIK 
           Belakangan ramai perang tagar bermuatan pesan dukungan di Pilpres 2019. Perang tagar ini memanas tak hanya di jagad maya, tapi juga tercermin dalam realita lewat distribusi atribut berupa kaos dengan tagar masing-masing.
Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah mengatakan, saat ini keberadaan perang tagar di media sosial tak bisa dihindari. Kalau pun ada pernyataan provokatif bisa saja dikeluarkan. “Itu apa boleh buat harus melemparkan twit-twit itu. Kalau tersinggung gak apa-apa, pasti kena,” katanya.
Fahri melanjutkan, pedoman bermedia sosial adalah aturan perundang-undangan. Jadi semua telah diatur dalam hukum.
Guru Besar UII, Mahfud MD menilai tagar di media sosial sangat cepat bersahutan. Dari satu pesan ke pesan yang lain. Termasuk pesan-pesan provokatif. “Dipanas-panasi disahuti oleh yang lain,” katanya.
Hal ini yang bisa membahayakan. "Jika pesan tersebut sudah menuai persoalan apapun alasannya aparat penegak hukum harus tegas,"kata Mahfud.
Bagi Direktur Eksekutif Charta Politica, Yunarto Wijaya keberisikan di dunia media sosial masih wajar asal masih dalam satu framing. Misalnya, melakukan kampanye negatif dengan membuka data keburukan dari lawan politik. “Tagar-tagar cuci otak orang tapi harus bertanggung jawab,” katanya.



PART 4. BENARKAH ISU PENGUASA SELALU DITUTUPI?
           Politikus Gerindra, Riza Patria mempersoalkan insiden dua orang meninggal saat pembagian sembako di Monas. Menurutnya, hal ini harus dibuka.
“Harus ada kejujuran dan keadilan,” katanya. Apalagi ada tudingan kegiatan bagi sembako ini dilakukan kelompok pro Jokowi.

Menurut Politikus PDI Perjuangan, Maruarar Sirait tidak ada kesengajaan untuk menutupi peristiwa tersebut. “Memang nggak ada pemerintahan yang sempurna. Tidak setuju demokrasi dimenangkan dengan cara yang tidak adil dengan menggunakan TNI, polisi. Kalau penguasa salah ditutup. Oposisi salah diekspos, tindak saja, kan ada aturannya,"ujarnya.



PART 5. APAKAH POLITIK ITU JAHAT?
           Jelang 2019, hoaks dan kampanye hitam diperkirakan akan makin kuat. Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah menjawab enteng persoalan tersebut. “Itu wilayah penegakan hukum,” katanya.
Ia juga mengkritik Presiden Jokowi yang menganggap politik jahat. Sebab, dalam medan kampanye khususnya media sosial, presiden harus hadir dalam perdebatan politik. “Ini medium positif. Dia harus kontributif dalam perdebatan politik,” katanya.
Politikus PDI Perjuangan, Maruar Sirait mengatakan bagi mereka yang menghalalkan cara dalam politik dengan kampanye hitam, harus diproses secara hukum. Tapi ia mengingatkan, tiap beda pilihan politik seharusnya jangan menghalalkan segala cara untuk menang. “Pasti kita punya calon beda, punya partai beda. Bagi saya politik itu usaha untuk memperjuangkan apa yang kita yakini benar,” katanya.
Politikus Gerindra, Riza Patria mengaku Prabowo Subianto juga kerap diserang dalam media sosial. Serangan tersebut mulai dari mendompleng kampanye buruh pada 1 Mei lalu, kemudian insiden CFD yang seolah-olah dilakukan oposisi. “Apa pun yang negatif itu (diasosiasikan-red) oposisi,” katanya.




PART 6. BELAJAR BERPOLITIK WARAS
           Budayawan Prie GS memberikan refleksi atas insiden CFD. Berikut kutipannya:
Saudaraku
Demokrasi
Bukan hanya berisi aku dan kamu
Ia juga berisi ia, kalian, kami dan mereka.
Kesemuanya itulah yang disebut kita.
Menjadi kita sungguh tak sederhana.
Karena indah dan tak indah,
baik dan buruk bahkan salah dan benar, tak lagi hanya tergantung dari sudut pandangku dan sudut pandangmu
Melainkan juga sudut pandangnya,
sudut pandang kalian, sudut pandang kami dan sudut pandang mereka.
Maka di dalam ruangku dan ruangmu juga ditempati oleh semua pihak yang akhirnya di sebut kita itu.
Itulah realitas yang dibaca dengan sangat baik oleh Empu Prapanca
yang melahirkan Bhineka Tunggal Ika.
Itulah yang disadari oleh Soekarno dalam yang melahirkan Pancasila.
Maka saudaraku,
Demokrasi tak mungkin berisi hanya aku dan kamu tanpa dia, kalian, kami dan mereka.
Maka jika aku sedang tak sependapat denganmu
Bukan berarti aku bukan bagian dari dirimu.
Begitu juga kalau kamu sedang tak sepaham dengan ku
bukan berarti kau bukan bagian dari diriku.
Jika pilihanmu bukan pilihanku
Tak cukup alasan bagiku untuk membenci pilihanmu
Karena ia pasti juga pilihan dia, pilihan kalian, pilihan kami dan pilihan mereka,
Yang akhirnya aku dan kamu
Mau tak mau, suka atau terpaksa
Harus menjadi kita.
Demokrasi tanpa kita
Sungguh harus dicegah karena ia mengancam keberlangsungan bersama.